Jumat, 27 Januari 2012

HALTE


Kami ketemu dan kenalan di halte. Waktu itu aku habis beli Men's Health Magazine di Arion mall dan berhenti sejenak untuk menuntaskan batangan rokokku yang tinggal separoh. Kupandangi ramainya lalu lintas dan orang-orang yang pada nunggu bus, dan mulai berfikir tentang apa yang mereka pikirkan. Lalu orang ini datang dan mulai nyerocos tentang apa saja yang ia ketahui. Aku tidak banyak bicara, hanya sesekali kukatakan “ya”, atau kujawab “tidak”, atau kubilang “mungkin”. Kuusahakan jadi pendengar yang baik baginya, dan mataku kukemas rapi agar kelihatan percaya pada setiap bualannya tentang makna hidup.

Orang ini masih muda dan itu tergambar samar-samar di balik berbagai kotoran yang hidup di mukanya. Tapi dia sebut namanya Pak Tua. Aku agak bingung dan tidak mengerti, tapi tidak kutanyakan “mengapa”. Kubiarkan saja dia melanjutkan apa yang ingin dia katakan. Tiga jam kemudian dia berhenti untuk pertama kalinya sehabis berbicara banyak mengenai bintang-bintang di angkasa, lorong waktu dan ibunya yang tersesat dimasa depan. Matanya menerawang kosong setelah itu, lalu kutawari dia rokok dan kubantu menyulutnya, dan kukatakan kalau aku musti segera angkat kaki dari situ. Dia mengangguk kecewa. Tapi aku tidak peduli dan ngeloyor pergi begitu saja, nyeberang, menyetop metro mini dan  naik dibangku bagian belakang. Aku duduk dan mendengus untuk membuang bau alkhohol mulutnya yang masih tertinggal di hidungku.

                                                                                                                              Jakarta, 30 Juni 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar